Mengenai Saya

Foto saya
PALU, SULTENG
LAHIR DI MUARA BATUQ 17 MARET 1991, BERDOMISILI DI KELUBAQ KEC.LG IRAM.KAB. KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR, SD IMPRES 007 MUARA MUJAN, SMP BK MUARA MUJAN, SMAN 4 SENDAWAR, PERGURUAN TINGGI AKPER BK PALU.

Senin, 18 Juni 2012

Asal-usul dan perkembangan angka 666 dalam sejarah


Dari mana angka 666 itu berasal? Banyak yang sudah membacanya di Kitab Wahyu atau bahkan mendengarnya dari berbagai sumber, tapi hanya sedikit yang tahu dari mana asalnya atau kenapa kitab Wahyu membicarakan angka ini dengan makna yang sangat negatif. Berikut adalah ringkasan sejarah dari angka 666, dari mana asalnya, dan kenapa kitab Wahyu membicarakan angka ini dengan sangat negatif.

Angka 666 berasal dari praktik ibadah di kota Babilon (Babel/Babil) pada zaman Nabi Daniel yang menulis kitab Daniel di Perjanjian Lama. Bangsa Babel menyembah dewa-dewi yang dihubung-hubungkan dengan matahari, bulan, dan planet-planet yang terlihat dalam tatasurya kita, dan bintang-bintang di dalam praktik astrologi (horoskop / ramalan bintang). Bangsa Babel adalah pencipta astrologi yang kita kenal sekarang ini (12 zodiak). Dalam sistem ibadah mereka, mereka memiliki 37 dewa-dewi utama, dan salah satunya, yaitu Dewa Matahari, adalah yang terutama di antara semuanya. Orang-orang Babel percaya angka-angka mengandung kekuatan atas dewa-dewi yang mereka sembah. Tapi tentu saja, mereka harus menciptakan angka-angka yang dapat mereka pakai untuk mengidentifikasi dewa-dewi itu supaya mereka dapat menguasai dewa-dewi itu. Untuk melakukan ini, mereka menghitung dewa-dewi mereka dan mengkaitkan sebuah angka pada masing-masing ke-36 dewa-dewi yang lebih rendah derajatnya dari Dewa Matahari, lalu menjumlahkan semua angka-angka ini (dari 1 hingga 36) dan memberikan angka hasil penjumlahan itu kepada Dewa Matahari (dewa yang ke-37). Dewa pertama yang mereka identifikasi diberi nomor 1, dewa kedua diberi nomor 2, seterusnya sampai 36. Nah, jika Anda belum dapat menebaknya, berikut kami beritahu: jumlah semua angka dari 1 hingga 36 adalah 666, dan angka 666 itu mereka gunakan untuk mengidentifikasi Dewa Matahari, dewa ke-37. Mereka menghitungnya seperti ini:

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 13 + 14 + 15 + 16 + 17 + 18 + 19 + 20 + 21 + 22 + 23 + 24 + 25 + 26 + 27 + 28 + 29 + 30 + 31 + 32 + 33 + 34 + 35 + 36 = 666
Tapi mereka melangkah lebih jauh lagi. Mereka takut terhadap dewa-dewi itu dan takut salah satunya akan mengutuk mereka, jadi mereka buat amulet (jimat) berupa matriks dengan 6x6 kotak bertuliskan angka 1 hingga 36. Zaman sekarang kita sebut kotak seperti itu magic square. Tujuan pembuatan jimat itu adalah untuk memiliki kekuatan gaib (sihir), dan lambat-laun mereka percaya bahwa memakai salah satu nomor dewa akan melindungi mereka dari kutukan dewa itu. Nah, jimat itu harus memiliki kekuatan gaib sebesar mungkin, jadi untuk meningkatkan kekuatan gaibnya, orang-orang Babel menyusun angka-angka itu sedemikian rupa agar jumlah angka dalam kolom manapun, dalam baris manapun, dan dalam diagonal manapun adalah 111, sehingga jumlah angka dari keenam baris dan dari keenam kolom adalah 666. Ini dianggap dapat memberikan perlindungan ekstra, termasuk dari Dewa Matahari, karena angka dewa itu juga “terdapat” dalam jimat tersebut. Berikut adalah contoh susunan angka dalam matriks berukuran 6 x 6 kotak. Perhatikan bahwa jumlah angka kolom manapun, atau baris manapun, atau diagonal manapun adalah 111. Orang-orang Babel kuno menuliskan/mengukir angka-angka itu pada sebuah keping tanah liat kecil, dan setelah mengeringkan dan membakarnya agar tulisan itu permanen, mereka akan memasangnya di rumah atau membentuknya menjadi kalung dan memakainya. Selama mereka membawa jimat itu, mereka percaya bahwa jimat itu memberikan perlindungan pada mereka.

Ditahun 133 B.C. system penyembahan dari Babylonian telah diwariskan ke Roma oleh Attalus III. Hal itu menjadi symbol dan bentuk yang digunakan untuk menyembah Kaisar dan kemudian dipraktekan didalam Roma Katolik.



Pembuatan jimat dengan susunan angka ini sebagai bagian dari astrologi ternyata terus dilakukan hingga zaman Yesus hidup di dunia ini, bahkan sampai waktu sesudah Yesus naik ke sorga. Para ahli arkeologi telah menemukan jimat-jimat dengan angka-angka Latin, jadi kita tahu bahwa bangsa Roma juga mempraktikkan ramalan dengan cara ini.

Jadi, angka 666 muncul di dunia ini karena praktik ibadah penyembahan dewa dan astrologi bangsa Babel kuno.

Jika Anda ingin informasi lebih lanjut tentang topik ini, bukalah beberapa link pada bagian bawah homepage ini. Mungkin Anda bisa mencari buku berjudul Unfolding the Revelation karya Roy Allan Anderson, yang menjelaskan topik ini dengan lengkap. Buku itu telah diterbitkan oleh Pacific Press Publishing Association di Nampa, Idaho . (Mungkin sekarang sulit dicari di toko-toko buku.) Mungkin Anda dapat memperolehnya melalui salah satu toko buku online seperti Amazon.com. Buku lainnya yang berisi informasi tentang ini adalah Trail of the Serpent karya Murl Vance dan diterbitkan oleh Oriental Watchman Publishing House of Pune, India . Buku ini tidak dicetak lagi; mungkin Anda dapat menemukannya melalui lelang buku online (online book auction).

Anda mungkin bertanya, mengapa Alkitab membicarakan angka ini dengan nada yang sangat serius? Sebelum menjawab pertanyaan ini, sebuah topik harus kita bahas dulu:

Bagaimana dengan Beberapa Terjemahan Alkitab di mana angka yang dicantumkan adalah 606 atau 616, dan Bukan 666?

Ada beberapa terjemahan Alkitab yang menuliskannya 616 atau 606 dan bukan 666. Ini mungkin merupakan kesalahan penulisan yang muncul akibat para penulis Alkitab menyalin lembaran-lembaran itu. Itulah kemungkinan yang paling besar, karena angka 666 sangat berkaitan dengan kekuatan gaibnya. Angka 616 atau 606 sama sekali tidak memiliki kekuatan gaib, jadi dengan sendirinya hal itu membuktikan bahwa penulisan angka 616 atau 606 hanyalah disebabkan karena salah-tulis. Ingat bahwa orang-orang di zaman dulu menyalin tulisan dengan tangan sebelum diciptakannya alat cetak. Mereka tidak punya mesin fotokopi. Jika Anda ingin sebuah salinan dari sebuah tulisan, Anda bisa menyuruh orang menyalinnya dengan tangan dan membayar orang itu, atau Anda sendiri yang menyalinnya. Hanya kedua pilihan itulah yang ada di zaman itu. Tentu saja, jika Anda tidak punya uang, hanya ada satu pilihan yang tersisa: Anda harus menunggu seseorang membacakannya agar bisa Anda tulis sendiri! Jika orang itu tidak mau, maka Anda harus mengerjakannya sendiri.


Kenapa kitab Wahyu sangat menentang Babel dan angka 666?

Sewaktu bangsa Media dan Persia mengalahkan Babel (539 S.M.), mereka memiliki praktik ibadah dan dewa-dewi mereka sendiri, jadi tidak membutuhkan imam-imam Babel. Walau bangsa Persia agak menyukai dewa Babel bernama Marduk dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan imam-imamnya untuk beberapa saat lamanya, dari catatan sejarah sepertinya mereka memberhentikan semua imam Babel dan mendirikan sistem ibadah mereka sendiri! Ini mirip dengan apa yang terjadi di Washington setiap kali salah satu partai politik menggulingkan partai yang lain. Apa yang diketahui para ahli sejarah-Alkitab adalah, akhirnya imam-imam Babel meninggalkan Babel dan pindah ke tempat lain, mungkin karena mereka kehilangan pekerjaan, walau alasan tepatnya tidak diketahui dengan jelas.

Jadi, imam-imam Babel ini, karena kehilangan pekerjaan (atau entah-apa alasan sebenarnya), mulai mencari lahan yang lebih “basah”. Imam-imam Babel menemukannya di kota Pergamum (Pergamus), yang merupakan sebuah kota di tempat yang sekarang disebut Turki Barat. Tanpa pelabuhan atau industri besar waktu itu kecuali Pendidikan. Pergamum adalah Kota Pelajar di zamannya, di mana pelajar-pelajar datang untuk mempelajari obat-obatan dan hukum, dan imam-imam Babel menambahkan mata pelajaran “agama” di sana setelah mereka meninggalkan Babel. Di kota itu juga ada sebuah perpustakaan besar, dengan koleksi lebih dari 200.000 eksemplar buku.

Pergamum terletak di ujung baratlaut dari Asia Minor di sebuah daerah yang disebut Mysia, agak di sebelah selatan menyeberangi lintasan sempit dari daerah yang disebut Thrace. Jika Anda perhatikan dengan teliti, Anda akan dapat menemukan lokasi dari kota-kota lain dari 7 Jemaat di kitab Wahyu, seperti Ephesus, Thyatira, dan Laodecia.

Beberapa imam Babel tidak pergi ke Pergamum , tapi ke Mesir, di mana mereka mengajarkan praktik ibadah mereka kepada orang Mesir. Orang Mesir segera mengadopsi konsep ibadah ini dan mengembangkan lebih lanjut beberapa teori yang sudah ada di dalam astrologi Mesir. Mereka juga mengadopsi ajaran tentang ke-37 dewa utama Babel . Salah satu sumber yang saya temukan menyatakan bahwa orang Mesir menganggap angka 3, 6, dan 7 memiliki kekuatan gaib, dan itulah salah satu alasan mengapa mereka menyukai 37 dewa utama Babel (karena mengandung angka 3 dan 7). Dengan menjumlahkan angka 1 hingga 36, mereka mendapat angka 666 yang gaib itu. Mereka juga dapat mengkalikan 37 dengan 3 atau kelipatannya, dan mencapai angka 111, 222, 333, 444, 555, 666 (hasil dari 3 x 6 x 37), 777, 888, dan seterusnya.

Tentu saja, kita menggunakan sistem angka desimal (basis 10), jadi angka 3 dan 7 memang terdapat pada angka 37. Apakah bangsa Babel dan Mesir menggunakan basis 10 juga pada zaman itu tidak saya ketahui. Kelihatannya sangat mustahil mereka menggunakan basis 10, jadi mereka mungkin melihat kegaiban angka 37 dalam kemampuannya menghasilkan angka 111, 222, 666, dan lain-lain, dan bukan karena mengandung angka 3 dan 7. Jadi, mereka mungkin mengembangkannya. Menurut sejarah, kita tahu bahwa bangsa Mesir mengembangkan beberapa ide yang menjadi bagian dari astrologi zaman sekarang. Sekarang kita kembali ke Pergamum .

Tatacara ibadah Babel yang diajarkan oleh imam-imam Babel dan keturunan mereka berlangsung di kota Pergamum selama berabad-abad. Mereka mengajarkan astrologi dan membuat jimat-jimat dengan angka 1 hingga 36 dalam urutan-urutan khusus seperti yang biasa mereka gunakan. Mereka membangun kompleks kuil yang sangat besar sebagai bagian dari sistem ibadah mereka. 
Mesopotamia yang direbut oleh Persian, para imam-imam Babylonian melarikan diri ke Pergamum di Asia Kecil. Disana mereka mendirikan kuil Acropolis of Pergamum untuk menyembah dewa bangsa Yunani, namun hal itu berlanjut menjadi misteri penyembahan Babel kepada tuhan(ilah) dengan sebutan Saturnus.Misteri penyembahan dari Babel tetap terpelihara dikuil dewa Zeus di Pergamum dan masuk ke Roma tahun 133 B.C. Penyesuaian antara agama Babel menjadi begitu meluas sehingga Roma kemudian disebut sebagai "The New Babylon".
Hal ini berlangsung sampai tahun 133 S.M., pada saat raja terakhir dari Kerajaan Attalid, yang beribukota di Pergamum, mangkat, dan dalam surat wasiatnya, dia menyerahkan kerajaannya kepada bangsa Roma. Setelah melakukan perlawanan kecil, bangsa Roma dengan mudah mengambil alih Kerajaan Attalid pada tahun 129 S.M. Lalu, imam-imam Babel yang masih mengajarkan tatacara ibadah Babel, melihat kesempatan terbuka bagi mereka dan mereka pun pindah ke daerah Kekaisaran Roma. Orang-orang Roma sering mengkopi tatacara ibadah kebudayaan-kebudayaan lain, sesuatu yang terjadi sejak lama agar kekaisaran itu bertahan selama itu. Imam-imam Babel memperhitungkan dengan cermat bahwa orang-orang Roma akan setuju untuk mempelajari tatacara ibadah Babel , dan ternyata itulah yang terjadi.

Jadi, imam-imam Babel pindah ke Roma dan “buka toko” di sana. Segera saja seluruh Roma penuh dengan ajaran-ajaran dan tatacara ibadah Babel. Akhirnya menjadi sangat berakar sehingga bangsa-bangsa lain menyebut Roma sebagai Babel Baru. Karena itulah banyak orang yang mengajarkan bahwa kata “Babel” dalam kitab Wahyu adalah “kata kode” (simbol) untuk ROMA, atau tepatnya, agama KATOLIK ROMA. Tentu saja, banyak orang akan menentang kebenaran ini, tapi untuk informasi lebih lanjut silakan baca bab “Apakah Babel adalah lambang Roma dalam kitab Wahyu? “ 

Lambat-laun, waktu munculnya Gereja Kristen, praktik ibadah dan kepercayaan “agama” Babel masuk ke dalam gereja. Ahli-ahli sejarah telah memperhatikan bahwa sepertinya hampir seluruh penduduk kota Roma “bertobat” menjadi penganut Kristen hanya dalam satu malam saja, tapi yang sebetulnya terjadi adalah “agama” Babel/Roma dimasukkan ke dalam gereja dan ketiga dewa/dewi utama Roma (Jupiter+Saturn, Sol+Mercury, Minerva+Juno+Vesta) diganti namanya menjadi Tuhan Bapa/Santo Petrus, Yesus, dan Bunda Maria. Makhluk-pembantu-dewa dalam “agama” Roma diganti namanya menjadi Roh Kudus. Patung dewa/dewi yang lebih rendah derajatnya menjadi patung santa/santo. (Misalnya Artemis menjadi St. Artemidos.) Praktik-praktik ibadah Babel yang kafir itu ikut masuk ke dalam gereja. Ini membuat para penganut agama Babel/Roma merasa nyaman “bertobat” ke dalam agama Kristen, tapi tentu saja itu bukanlah pertobatan yang benar. Karena masuknya praktik-praktik ibadah kafir ke dalam gereja inilah, maka kitab Wahyu sangat menentang Babel. Karena praktik menuliskan angka-angka dari 1 hingga 36 pada jimat terus berlangsung dan dibawa masuk ke dalam “gereja” Roma, maka ini berguna untuk mengidentifikasi siapakah “binatang” dalam Wahyu 13 itu – yaitu “gereja” yang mengimpor ajaran kafir ke dalam gereja, yang sangat bertentangan dengan perintah Tuhan (Hukum kedua: Jangan membuat bagimu patung). Tuhan sangat menentang praktik-praktik ibadah kafir, tapi orang-orang Roma malah membawa masuk ibadah-ibadah ini ke dalam gereja.

Jubah Imam penyembah berhala yang berbentuk setengah badan ikan beserta ember berisi air suci. Salah satu dewa yang disembah di Babel dan Palestina adalah Dagon (dag=fish, on=sun).

Ini sudah dibuktikan oleh sejarah. Imam-imam Babel memiliki imam tertinggi yang disebut Pontifex Maximus (istilah dalam bahasa Latin yang artinya Pemimpin Imam/Imam Kepala). Anda pasti sudah pernah mendengar kata “Pontiff” sebagai sebutan untuk Paus. Sejarah menjelaskan dari mana istilah Pontiff itu berasal. Mula-mula, raja Attalid disebut “Pontiff”, dan dia mewariskannya pada imam-imam Babel sebelum dia mangkat, lalu imam-imam Babel itu pindah ke Roma. Sebutan ini diberikan pada Kaisar Julius pada tahun 63 S.M., membuat Kaisar Julius menjadi imam tertinggi dari “agama” Babel dan dewa-dewinya. (Ini membuktikan bahwa imam-imam Babel tiba di Roma sebelum zaman Kaisar Julius, sebab kalau tidak, maka peristiwa ini tidak mungkin terjadi.) Ini berarti “agama” Babel BETUL-BETUL pindah ke Roma dan menguasai Roma, menjadi pemimpin pemerintahan Roma. Jabatan ini diwariskan dari kaisar yang satu ke kaisar yang berikutnya, semuanya menjabat sebagai imam tertinggi dari agama Babel (Pontiff) sejak saat itu, hingga pada tahun 376 M. Kaisar Gratian menjadi orang pertama yang menolak jabatan “Pontifex Maximus”. Sebelum Gratian menolak jabatan Pontifex Maximus, Paus Callistus I mengeluarkan undang-undang, di mana dia menuntut agar disebut sebagai Pontifex Maximus atau bishop of bishops (uskup para uskup). Untuk membaca lebih lanjut tentang Paus Callistus I, lihat Pope Callistus I dari Catholic Encyclopedia Article (masa jabatan 219-223 M.). Waktu Paus Callistus I mengambil jabatan Pontifex Maximus, ini menjadikannya kepala dari “agama” Babel . Dialah orang yang diakui oleh “Gereja” Katolik sebagai salah satu paus perintis agama Katolik. Callistus I adalah kepala dari “Gereja Kristen” di Roma, dan mengambil jabatan Kepala “Agama” Babel. Jadi, apakah “agama” Babel masuk ke dalam Gereja Kristen? Sejarah menjawabnya dengan tegas: YA.

Sumber: Asal-usul dan perkembangan angka 666 dalam sejarah - IndoForum http://www.indoforum.org/t39876/#ixzz1yAt8cpA3
Hak Cipta: www.indoforum.org 

Selasa, 12 Juni 2012

AKHIR DARI KEHIDUPAN (KEMATIAN)

PENDAHULUAN 


Berbicara mengenai akhir suatu kehidupan atau kematian merupakan hal yang sangat menakutkan bagi banyak orang. Kematian merupakan satu kehilangan yang sangat besar yang menyebabkan kesedihan dan dukacita. Berbagai cara ditempuh untuk menghindarkan diri dari kematian ini, tetapi pada akhirnya ia datang juga tanpa dapat dielakkan. Mengapa?

Kematian sudah menjadi bagian dari kehidupan ini. Kematian tidaklah bertentangan dengan kehidupan, itu bukanlah lawan dari kehidupan tetapi kematian merupakan peralihan dari hidup ini kepada suatu kehidupan yang lain sebagaimana dipercaya dalam berbagai-bagai agama dan kepercayaan.

Bagi kita, pedoman untuk membicarakan tentang kematian adalah Alkitab yang membicarakan mengenai kehidupan dan kematian.


PANDANGAN ALKITAB TENTANG KEMATIAN

Kematian merupakan bagian dari kehidupan ini. Kenyataan ini tak dapat disangkali. Mengapa ada kematian? Kematian ada karena pemberontakan manusia terhadap Allah. Alkitab menceritakannya.

Ada tiga macam kematian dijelaskan di dalam Alkitab yaitu: pertama, kematian rohani di mana hubungan manusia dengan Allah putus; kedua, kematian jasmani di mana kehidupan manusia mengalami kutukan dan tubuh akan kembali kepada tanah; dan yang ketiga, kematian kekal atau kematian kedua di mana tubuh, jiwa dan roh akan mengalami hukuman yang kekal dan terpisah dengan Allah selama-lamanya, dialami oleh mereka yang tidak berbalik kepada-Nya (percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).

Kata kematian diterjemahkan dari kata dalam bahasa Yunani “tanatos” (bahasa Inggeris, death). Dalam Roma 6:23a Alkitab bahasa Indonesia Terjemahan Baru (TB) kata tersebut diterjemahkan “maut.” Kata kematian ini berarti “perpisahan.” “Upah dosa adalah maut …,” demikian Firman Tuhan melalui Rasul Paulus. Kata “maut” dalam ayat ini mempunyai beberapa pengertian yang berhubungan dengan macam-macam kematian tersebut di atas.

Pertama, hubungan manusia dengan Allah terputus. Hubungan manusia dengan Allah terputus bemula, ketika Adam dan Hawa melawan perintah Allah yakni ketika mereka memakan buah yang dilarang Tuhan untuk dimakan, yang menyebabkan mereka mengalami kematian. Perhatikan ceritanya dalam kitab Kejadian pasal ketiga. Akibatnya Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Sejak itulah mereka dan keturunannya, termasuk kita semua yang adalah bagian dari darah dan daging mereka menjadi seteru Allah (Roma 3:23; 5:10). Adam dan Hawa menjadi takut bertemu dengan Tuhan, karena gambar dan rupa Allah dalam diri mereka telah rusak oleh kerena pelanggaran ini. Dosa menjadi pemisah antara Allah dengan manusia (Yesaya 59:2). Dengan demikian manusia terpisah dengan Allah dan menjadi musuh Allah (Roma 8:7-8; 1 Timotius 5:6), mati secara rohani dan jauh dari persekutuan dengan Allah (Efesus 2:1; Efesus 2:3, 3; Roma 5:12; Efesus 4:18; I Korintus 2:11).

Keterpisahan ini hanya dapat dipulihkan melalui Tuhan Yesus Kristus yang adalah pengantara antara Allah dengan manusia. Manakalah manusia mau menerima uluran tangan kasih Allah ini, maka hubungannya dengan Allah dipulihkan (I Timotius 2:5; Efesus 2:16).

Ketelanjangan Adam dan Hawa sebagaimana telah dikatakan di atas tidak mungkin terselubungi seandainya mereka tidak mau menyambut dan mengenakan pakaian kulit binatang buatan Allah. Pakaian mana merupakan simbol atau bayangan Tuhan Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah yang mengangkut dosa manusia (Yohanes 1:29).

Dosa manusia tidak mungkin diangkut dan dihapus bersih jikalau manusia tidak mau percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan penebus dosanya. Manusia akan tetap dikuasai dosa yang membawa maut, tak mungkin keterpisahan dengan Allah dipulihkan.

Kedua, kehidupan manusia di dunia ini terkutuk. Perhatikan kembali kitab Kejadian pasal ketiga. Apa yang terjadi terhadap manusia pertama Adam dan Hawa? Kejatuhan manusia yang petama ke dalam dosa mengakibatkan seluruh umat manusia mengalami berbagai macam gangguan dan kelemahan jasmani maupun rohani. Manusia mengalami ketakutan (Kejadian 3:10); Antasa sesama saling menuduh dan mempersalahkan (Kejadian 3:14-15); Wanita mengalami penderitaan sakit bersalin (Kejadian 3:16); Kaum lelaki bersusah payah mencari rezeki di antara semak duri (Kejadian 3:17-19).

Ketiga, manusia mengalami kematian jasmani. Kematian jasmani juga merupakan bagian dari hukuman Tuhan bagi manusia sejak Adam dan Hawa menyimpang dari jalan Tuhan. Buktinya dalam kehidupan sehari-hari kita temukan, lihat dan dengar bahwa ada orang-orang yang mati. Bahkan Alkitab sendiri berbicara tentang kehidupan dan kematian. Ada yang lahir, hidup dan ada yang mati (Kejadian pasal lima; Pengkhotbah 3:2). Allah berfirman, “… sampai engkau kembali menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil …” (Kejadian 3:19). Dari tanah kembali ke tanah, itulah kematian jasmani. Penulis Ibrani mengatakan bahwa manusia telah ditentukan satu kali akan mengalami kematian dan sesudah itu dihakimi (Ibrani 9:27). Tak dapat disangkali baik mereka yang sudah percaya dan yang belum percaya, kematian jasmani merupakan bagian dari hidup ini (namun Alkitab juga menjelaskan bahwa ada orang yang tidak akan mengalaminya karena Tuhan Yesus Kristus datang di angkasa mengangkat orang percaya, yang telah mati dibangkitkan, diubahkan bersama dengan orang percaya yang masih hidup diangkat ke surga (I Korintus 15:51, 1 Tesalonika 4:13-18).

Kehidupan manusia dibatasi oleh umur. Umur manusia yang paling panjang yang diceritakan Alkitab adalah Metusalah. Ia mencapai umur 969 tahun, tetapi pada akhirnya mati juga. Demikian juga Adam sebagai manusia pertama, ia hanya mencapai umur 963 tahun kemudian itu ia mati. Pada zaman Nuh, Allah membatasi umur manusia hanya sampai 120 tahun. Dan dalam Kitab Mazmur, Pemazmur mengatakan bahwa umur manusia hanya sampai 70 tahun atau 80 tahun saja (Mazmur 90:10). Kematian jasmani merupakan bagian dari hidup ini tetapi kematian jasmani ini bukanlah akhir daripada kehidupan.

Kematian merupakan peralihan kepada kehidupan yang lain. Di balik kematian ini masih ada kehidupan yang lain, kehidupan yang kekal abadi. Bagi yang percaya kematian merupakan peralihan kepada pengharapan yang pasti hidup kekal di dalam Kerajaan Allah, sedangkan bagi yang tidak percaya tersedia kehidupan yang kekal di dalam lautan api, kematian yang kedua.

Kematian adalah bagian dari hukuman dan upah dosa (Kejadian 2:17; Yehezkiel 18:4); kematian adalah perpisahan tubuh dengan jiwa dan roh (Yakobus 2:26); kematian adalah pembongkaran dan penanggalan kemah (tubuh) (II Korintus 5:1; II Petrus 1:13-14); pemazmur melukiskan kematian sebagai turun ke tempat yang sunyi (Mazmur 115:17).

Keempat, Kematian kekal, kematian kedua. Kematian kekal atau kematian kedua adalah penghukuman yang kekal yakni kehidupan yang terpisah untuk selama-lamanya dengan Tuhan. Upah dosa adalah maut. Pasti upahnya akan diperoleh apabila tidak berbalik ke jalan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Maut dan Kerajaan maut akan dicampakkan ke dalam lautan api, itulah kematian kedua, lautan api” (Wahyu 20:14). Kematian kedua adalah kehidupan dan penghukuman yang kekal di dalam neraka, lautan api. Setiap orang yang nama-namanya tidak terdaftar di dalam kitab kehidupan akan mengalami hukuman kekal ini (Yohanes 3:36; Wahyu 20:15)


PANDANGAN-PANDANGAN TIDAK ALKITABIAH TENTANG KEMATIAN DAN JAWABAN TERHADAP PANDANGAN TERSEBUT.

Di atas telah dijelaskan bahwa kematian adalah bagian daripada kehidupan ini sebagaimana diajarkan Alkitab Ada kematian rohani, kematian jasmani, dan kematian kekal. Berikut ini pandangan-pandangan tidak Alkitabiah tentang kematian dan jawaban terhadap pandangan-pandangan tersebut.

A. PANDANGAN-PANDANGAN TIDAK ALKITABIAH TEBTANG KEMATIAN.[1]

Pertama, Pandangan bahwa kematian merupakan tidurnya jiwa. Pandangan ini merupakan pengajaran Advent Hari Ketujuh. Mereka berpegang pada ajaran ini dengan mendasarkan pada beberapa ayat Alkitab yang seakan-akan mengesankan bahwa kematian itu adalah tidur (Yohanes 11:11-13; Daniel 12:2; I Tesalonika 4:13, 14).

Kedua, Pandangan bahwa kematian merupakan hilangnya jiwa. Pandangan ini dianut oleh Dr. E.W Bullinger. Ia mengajarkan bahwa pada waktu Allah menciptakan manusia, Allah memberikan nafas kehidupan sehingga manusia menjadi jiwa yang hidup. Manusia bukan mempunyai jiwa, tetapi manusia itu sendiri adalah jiwa. Keberadaan jiwa tergantung dari manusia itu bernafas. Ketika manusia itu mati maka jiwanya juga mati, hilang tanpa keberadaan. Pandangan yang sama juga diajarkan oleh Charles Taze Russell dan merupakan pokok pengajaran Russellisme dan gerakan Saksi-saksi Yehowa yang mengajarkan bahwa manusia adalah jiwa, bukan mempunyai jiwa; kematian berarti pemusnahan, total tanpa keberadaan.

Karena menurut Saksi-saksi Yehowa kematian itu adalah pemusnahan sehingga mereka menolak tentang adanya tempat penghukuman sementara Sheol atau Hades dan Gehenna sebagai lautan api tempat penghukuman kekal. Menurut gerakan Saksi-saksi Yehowa bahwa Sheol atau Hades dan Gehenna bukanlah tempat penghukuman. Sheol atau Hades adalah kuburan di mana orang-orang mati ditempatkan, sedangkan Gehenna adalah lambang pemusnahan total bagi orang-orang jahat.[2]

Gerakan Saksi-saksi Yehowa ini mengajarkan pula bahwa ajaran tentang neraka tidak dapat dibenarkan karena sama sekali tidak sesuai dengan Alkitab; tidak masuk akal; bertentangan dengan kasih Allah dan bertentangan dengan keadilan.[3] Sheol atau Hades berarti tempat kuburan umum manusia, yakni keadaan di mana manusia yang baik maupun yang jahat, pergi dan beristirahat,[4] bukanlah tempat penderitaan yang panas.[5]

Ketiga, Pandangan Mery Baker Eddy (Christian Science). Mrs. Mery Baker Eddy mendefinisikan kematian sebagai suatu khayalan, soal tipuan hidup, tidak nyata dan tidak benar; lawan daripada hidup. Pandangan ini tidak mempunyai landasan Alkitab apapun, bahkan merupakan penyangkalan terhadap kenyataan dosa dan upahnya yaitu maut (mati) yang diajarkan Alkitab.

Keempat, Pandangan yang dianut oleh Swedenborg. Emanuel Swedenborg adalah seorang mistik Swedia dan seorang ahli filsafat dan pendiri Gereja Yerusalem Baru pada tahun 1783, menganut pandangan khusus tentang keadaan jasmani manusia. Ia percaya bahwa manusia mempunyai dua tubuh, tubuh luar dan tubuh dalam, tubuh jasmaniah dan tubuh batiniah. Pada kematian, ia berpendapat bahwa tubuh jasmaniah, tubuh luar kembali ke tanah dan tak pernah akan dibangkitkan. Sedangkan tubuh batiniah, tubuh dalam akan disatukan dengan jiwa dan berpindah ke dunia lain.

B. JAWABAN TERHADAP PANDANGAN-PANDANGAN TIDAK ALKITABAH TENTANG KEMATIAN TERSEBUT DI ATAS.[6]

Kita dapat memahami dengan jelas bahwa kematian bukanlah tanpa kesadaran atau tanpa keberadaan berdasarkan apa yang dijelaskan di dalam Alkitab. Pertama, Alkitab dengan sangat jelas mengajarkan bahwa kematian rohani adalah berbicara tentang kematian dalam kesalahan dan dosa-dosa dan bukanlah tanpa kesadaran atau tanpa keberadaan. Kedua, kematian tubuh tidaklah mengakibatkan kematian jiwa. Hal ini nyata dalam perkataan Kristus yang membedakan tentang kematian tubuh dan jiwa. Kristus berkata, “Jangan takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang dapat membunuh jiwa” (Matius 10:28). Ketiga, Cerita tentang orang kaya dan Lazarus dalam Lukas 16:19-31 membuktikan bahwa mereka yang telah mati bukan berada dalam keadaan tanpa kesadaran atau tanpa keberadaan. Keempat. Andaikata kematian itu berarti tidak memiliki keberadaan, maka pada waktu itu Tuhan Yesus Kristus tidak memiliki keberadaan ketika tubuh-Nya terbaring di dalam kubur selama tiga hari tiga malam. Kelima, Pernyataan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:8, beralih dari tubuh ini (mati) berarti untuk menetap pada Tuhan dan bukan berhenti dari keberadaan. Keenam, Penampakan Musa dan Elia di atas gunung (Matius 17:3) adalah bukti lebih lanjut bahwa kematian bukanlah tanpa keberadaan atau tanpa kesadaran. Ketujuh, Petrus mengatakan bahwa mereka yang tidak taat pada zaman Nuh sekarang berada sebagai roh-roh dalam penjara dalam keberadaan dan kesadaran (1 Petrus 3:18-20)


TEMPAT LANJUTAN ORANG SESUDAH MATI.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa kematian itu bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi kematian adalah perpisahan tubuh dengan jiwa dan roh. Kematian adalah peralihan kepada kehidupan yang lain yaitu kehidupan yang kekal. Ke mana dan di mana? Ada tempat-tempat yang tersedia sebagai tempat lanjutan orang-orang untuk hidup sesudah mati, baik orang yang percaya maupun yang tidak percaya. Tempat-tempat tersebut diuraikan berikut ini berdasarkan kebenaran Firman Tuhan.

A. LANGIT (HEAVEN)[7]

Alkitab mengajarkan baha langit ini terdiri dari tiga langit (2 Korintus 12:2). Kata langit dalam bahasa Inggris Heaven, diterjemahkan dari bahasa Yunani “ouranos,” tepatnya diterjemahkan “langit.” Dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan “surga”. Ketiga langit tersebut adalah sebagai berikut,

Pertama, Langit Atmosfir di mana burung-burung beterbangan (Yeremia 4:25; Matius 6:26; Matius 8:20). Kedua, Langit tempat bintang-bintang (Kejadian 22:17; Matius 24:29). Ketiga, Langit yang ketiga adalah surga tempat kediaman Allah (1 Raja-raja 8:27.30). Inilah langit ketiga (third Heaven) yang disaksikan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 12:2 atau Firdaus (Paradise) dalam 2 Korintus 12:4. Apakah manusia pada waktu mati langsung pergi ke surga, tidak ada pernyataan langsung tentang hal itu. Tetapi ada beberapa fakta yang disebut dalam Alkitab yang menyatakan, bahwa manusia (yang percaya) langsung pergi ke surga pada waktu mati yaitu melalui apa yang disampaikan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:8 tentang beralih dari tubuh ini supaya berada bersama-sama dengan Tuhan; dan penglihatan Yohanes akan jiwa-jiwa mereka yang dibunuh karena Firman Allah berada di takhta Allah dan jumlah yang sangat besar manusia keluar dari masa sengsara besar, berada di tahta Allah (Wahyu 6:9-10; Wahyu 7:9-11, 14); Stefanus sebelum ia mati dirajam dengan batu, melihat langit terbuka dan Tuhan Yesus Kristus berdiri di sebelah kanan Allah (Kisah 7:55-60).

B. FIRDAUS (PARADISE).

Kata Firdaus dalam bahasa Inggris Paradise, diterjemahkan dari kata dalam bahasa Yunani “paradeisos.” Kata ini mula-mula digunakan oleh ahli sejarah Xenophon, yang melukiskan tentang taman Raja-raja dan bangsawan Persia. Kata ini berasal dari kata dalam bahasa Persia (Old Pers., Pairidaeza, sama dengan bahasa Yunani, Peri – Around – keliling, Teichos – a wall – tembok). Kata ini digunakan dalam Alkitab terjemahan Septuaginta sebagai, Taman Raja-raja (Nehemia 2:8; Penghotbah 2:5; Kidung Agung 4:13); Taman Eden (Kejadian 2:8); Taman ditepi sungai (Bilangan 24:6); Taman Dewa-dewa (Yeremia 29:5); Taman Eden, taman Allah (Yehezkiel 31:8-9).[8]

Dalam Perjanjian Baru kata Firdaus ini hanya disebut tiga kali. Yang pertama terdapat dalam Lukas 23:43 di mana Tuhan Yesus Kristus memberitahukan kepada seorang penjahat, bahwa hari ini juga ia bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus di dalam Firdaus. Kedua melalui pernyataan Paulus dalam 2 Korintus 12:4 tentang seseorang yang terangkat ke Firdaus. Yang ketiga dalam Wahyu 2:7, di taman Firdaus Allah.[9]

Paulus dalam 2 Korintus 12:2-4 melukiskan Firdaus itu sebagai “langit yang ketiga.” Langit ketiga adalah tempat kediaman Allah (lihat tentang “langit”). Firdaus bukanlah bagian dari alam maut, karena alam maut dalam kitab Wahyu dikatakan akan dicampakkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:14). Kalau Firdaus adalah bagian dari alam maut berarti Firdaus itu akan dicampakkan ke dalam lautan api.

Pernyataan dalam Efesus 4:8-9 tentang Tuhan Yesus Kristus turun ke bagian bumi yang paling bawah, yang dipercayai sebagai turun ke dalam alam maut (tempat penghukuman sementara bagi orang-orang yang tidak percaya – lihat Sheol/Hades), di mana orang kaya berada sebagaimana diceritakan dalam Lukas 16:22-24, dan disebut penjara dalam 1 Petrus 3:19-20. Tujuan Ia turun ke sana adalah untuk memproklamasikan kuasa Injil yang menyelamatkan (Roma 1:16-17), dan membawa tawanan-tawanan keluar dari sana. Tawanan-tawanan yang dimaksudkan bukan orang-orang yang sudah mati dan berada di sana, tetapi Tuhan Yesus Kristus sendiri menjadi tawanan ganti kita (Yesaya 53) dan membebaskan kita sebagai orang-orang tertawan (yaitu kita yang percaya). Orang yang percaya tidak akan merasakan tempat ini lagi karena Tuhan Yesus Kristus sudah menanggungnya bagi kita (Yohanes 4:24). Ia naik (ke luar dari sana) ke tempat tinggi menyatakan suatu kemenangan (Kisah 2:24-28) dan menjadi bukti bahwa maut sudah dikalahkan (1 Korintus 15:54-58).

C. SHEOL /HADES.

Sheol adalah kata dalam bahasa Ibrani (PL)(Ulangan 32:22; Mazmur 139:8; Yesaya 14:9; Mazmur 16:10) yang sinomim dengan kata Hades dalam bahasa Yunani (PB)(Lukas 16:23; Matius 16:18; Kisah 2:27), yang mempunyai pengertian sebagai “suatu tempat jiwa orang mati,”[10] “dunia yang suram dan tempat penahanan.”[11] Sheol diterjemahkan “neraka,” “kuburan,” dan “lubang,” sedangkan Hades diterjemahkan “neraka.” dan “kuburan.”[12]

Perkataan Sheol dipergunakan dalam Alkitab (PL) sebanyal 65 kali dan selalu menunjukkan tempat jiwa orang mati. Kata ini tidaklah tepat diterjemahkan sebagai “kuburan.” Dalam bahasa Ibrani kata untuk kuburan adalah “Qeber” dan bahasa Yunaninya “mnemeion.” Sheol tidak pernah dipakai dalam bentuk jamak, sama halnya dengan Hades. Tetapi kata Qeber terdapat 27 kali dalam bentuk jamak “Qeberim,” juga bentuk jamaknya mnemeion adalah “mnemeia.” Dengan demikian Sheol atau Hades itu hanya menunjukkan satu tempat saja yaitu “tempat jiwa orang-orang mati,” sedangkan Qeber maupun mnemeion menunjukkan banyak tempat. Kuburan itu adalah milik orang-orang yang berbeda/tertentu (Bilangan 19:16; 2 Samuel 3:32; 1 Raja-raja 13:30; 2 Tawarikh 34:28; Yeremia 8:1). Sheol dan Hades tidak pernah dikatakan sebagai milik dari seseorang tertentu. Kuburan adalah untuk tubuh, sedangkan sheol atau Hades adalah untuk jiwa (roh). Qeber atau mnemeion dipergunakan untuk menunjukkan tempat di mana mayat ditempatkan (1 Raja-raja 13:22; 2 Raja-raja 13:21; Mazmur 88:6; Yeremia 26:23). Sheol atau Hades tidak pernah dipergunakan dalam hubungannya dengan tubuh, tetapi hanya dikaitkan dengan jiwa dan roh manusia.[13]

D. BOTTOMLES PIT, ABYSS (JURANG MAUT).

Kata Ibraninya “Abaddon” biasanya diterjemahkan dengan “kebinasaan,”[14] lobang (pit)[15] (Bilangan 16:33; Mazmur 30:9). Kata ini dalam Perjanjian Lama tampaknya sama artinya dengan kuburan dan Sheol,[16] dan sama artinya dengan :Abussos” dalam Perjanjian Baru (Yunani) yang diterjemahkan lubang atau jurang maut ) Lukas 8:312; Wahyu 9:1-2; 11:7; 17:8; 20:1).[17] Kitab Wahyu menyebutkan sebanyak sembilan kali tentang jurang maut (Bottomless Pit atau Abyss) ini.[18] Kata lain yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah “Tartaro,” yang melukiskan tentang sebuah penjara di mana malaekat-malaekat yang tidak taat, roh-roh setan dan roh-roh najis ditawan sampai pada hari penghukuman terakhir (2 Petrus 2:4; Yudas 6).

Pada masa sengsara besar beberapa dari mereka akan dilepaskan, menentang Kristus dan kerajaan Allah dan menganiaya orang-orang percaya pada masa itu (Wahyu 9:1-21; 11:7; 17:8), namun akhirnya mereka dikalahkan dan dicampakkan ke dalam lautan api (Wahyu 19:20). Sedangkan Iblis atau Setan akan dibelenggu dalam jurang maut ini selama seribu tahun, sesudah itu dilepaskan sedikit waktu lamanya, lalu dihalau ke dalam lautan api untuk selama-lamanya (Wahyu 20:1-3).

E. GEHENNA, LAKE OF FIRE (LAUTAN API).

Gehenna, kata yang tepat diterjemahkan “neraka”[19] atau lautan api. Ini merupakan tempat yang nyata dan tempat penghukuman kekal yang dikatakan dalam Alkitab. Itu dipersiapkan untuk Iblis dan malaekat-malaekatnya (Matius 25:41). Gehena bukan sebagai tempat penghukuman sementara tetapi merupakan tempat penghukuman kekal.[20]

Gehenna adalah kata dalam bahasa Yunani yang menggambarkan kata Ibrani Ge Hinnom atau Lembah Tofet[21] (Yeremia 7:31-32). Ge Hinnom ini sama artinya dengan api neraka (Gehenna berapi)[22] (Matius 5:22; matius 5:29-30; 10:28; 23:14, 25, 33). Ge Hinnom (dalam Alkitab Terjemahan Baru bahasa Indonesia “Lembah Ben Hinom”) adalah sebuah lembah yang dalam dan sempit di sebelah selatan Yerusalem, di mana sesudah permulaan penyembahan terhadap dewa api oleh Ahaz, orang-orang Yahudi menyembah berhala dan mengorbankan anak-anak mereka bagi dewa Molokh (Yeremia 7:31-32; Yosua 15:8; 18:16; 1 Raja-raja 11:7; 2 Raja-raja 16:3-4; 2 Tawarikh 28:3; 33:6). Pada zaman Yosia, tempat ini dimusnahkan dan diubah menjadi tempat pembuangan kotoran dan penghukuman, di mana mayat-mayat para penjahat dan bangkai-bangkai binatang dibinasakan.

Jadi Lembah Ben Hinom atau Tofet dengan apinya yang tidak pernah padam itu dipakai sebagai simbol yang menunjukkan “api neraka,” kematian kedua.

TAMBAHAN TEMPAT SEMENTARA ORANG-ORANG SESUDAH MATI MENURUT AJARAN ROMA KATOLIK.[23]

Di atas telah diuraikan tentang lima tempat sementara serta tempat lanjutan kehidupan sesudah mati yang disebutkan dalam Alkitab. Berikut ini ada tiga tempat yang ganjil sebagai tempat sementara orang mati menurut pengajaran Roma Katolik.

A. LIMBUS PATRUM.

Kata limbo atau limbus, artinya tebing atau tepi (edge). Ini melukiskan sebuah tempat pada tepi atau batas neraka. Roma Katolik mengajarkan bahwa bapa-bapa leluhur pergi ke Limbus Patrum ini menunggu kedatangan Messias untuk menyelamatkan mereka. Menurut ajaran ini Kristus menyelamatkan mereka dari tempat itu dan membawa mereka ke sorga.

B. LIMBUS INFANTUM.

Limbus Infantum ini menurut ajaran Roma Katolik adalah sebuah tempat untuk semua bayi yang mati sebelum dibaptis. Karena Roma Katolik mengajarkan pentingnya baptisan untuk keselamatan, bayi-bayi yang tidak dibaptis tidak dapat diselamatkan. Dosa asal (bawaan) menutupi bayi-bayi untuk selama-lamanya dari surga dan dari penglihatan Allah, tetapi karena mereka belum mempunyai dosa secara pribadi yang menyebabkan mereka menderita maka mereka dibebaskan dari api neraka.

C. PURGATORY.

Purgatory adalah sebutan bagi tempat “pembersihan” atau “penyucian”. Itu merupakan dugaan sebuah tempat di mana jiwa-jiwa menyesal, melalui pelayanan penderitaan, penyucian dari dosa-dosa yang dapat diampuni dan tempat penghukuman sementara bagi pengampunan dosa-dosa yang berat sebelum mereka dapat diakui pada hadirat Tuhan. Pengajaran tentang Purgatory adalah keharusan bagi penganut ajaran Roma Katolik. Mereka percaya bahwa pengampunan Allah melalui pekerjaan Kristus hanya menutupi hukuman kematian kekal. Orang-orang Kristen harus bertanggungjawab terhadap semua dosa yang diperbuat sesudah dibaptiskan. Pertanggungjawaban dapat dilakukan melalui penebusan dosa dan perbuatan baik dalam hidup ini, dan jika tidak lengkap dalam hidup ini, hal itu harus diselesaikan melalui penderitaan dalam api purgatory sesudah mati. Penderitaan dalam purgatory boleh dikurangi atau diperpendek melalui doa-doa orang-orang kudus, dan terutama oleh pengorbanan misa. Misa adalah pengorbanan pendamaian untuk jaminan pengampunan dosa dan diterapkan menurut maksud Paus. Oleh karena itu Misa dapat dikata adalah untuk kebaikan jiwa dalam purgatory.

Apakah dasar pengajaran purgatory? Pengajaran purgatory sesungguhnya bukanlah berasal dari Alkitab. Ajaran purgatory didasarkan pada tradisi yang disejajarkan dengan Alkitab. Pengajaran purgatory oleh Roma Katolik ini didasarkan pada tradisi bangsa Yahudi yang mempersembahkan korban dan doa-doa bagi orang-orang mati supaya bangkit dari kematian (band. 2 Makabe 12:43).

Roma Katolik berpandangan bahwa Alkitab mendukung ajaran tentang purgatory dengan mengutip Matius 5:25-26 dan 1 Korintus 3:12-15, di mana dalam ayat-ayat tersebut dikatakan keluar dari “penjara” dan dari “api.” Namun perlu diperhatikan bahwa ayat-ayat ini tidak berhubungan dengan api penyucian untuk keselamatan. 1 Korintus 3:12-15 merupakan pengujian dan pemberian upah bagi setiap orang percaya kepada Kristus sesuai dengan perbuatan masing-masing, dan bukan sebagai pembebasan dari penghukuman sementara. Ini terjadi bukan di purgatory tetapi di angkasa pada Kursi Pengadilan Kristus (Bema).

Pengajaran purgatory bukan hanya tidak diajarkan Alkitab, tetapi itu sama sekali bertentangan dengan pengajaran Alkitab. Satu-satunya penyucian manusia dari dosa adalah melalui kematian Yesus di kayu salib (Ibrani 1:3; 10:10-14). Paulus menjelaskan dalam surat-suratnya bahwa keselamatan tak dapat diperoleh dengan usaha apapun (Roma 3:24; 4:1-8; 5:1, 19; 8:1, 33, 34; 11:6; 1 Korintus 5:8; Galatia 3:21; Efesus 2:8-9). Kalau benar pengajaran purgatory bahwa pengampunan dosa dapat dibayar/ditebus dengan dan melalui persembahan/uang maka orang kayalah yang mempunyai banyak kesempatan untuk pergi ke surga daripada orang-orang miskin. Penulis Lukas menceritakan tentang kisah orang kaya dan Lazarus dan perbedaan tempat lanjutan orang sesudah mati. Lazarus di Firdaus sedangkan orang kaya di alam maut. Orang kaya dalam kisah tersebut tidak diberikan kesempatan apapun untuk keluar dari sana, sebaliknya ia berdoa bagi orang-orang/saudara-saudaranya yang masih hidup agar tidak akan pergi ke tempat tersebut.

Petrus mengatakan bahwa tidak ada sesuatu apapun baik itu uang, perak dan emas maupun usaha yang dapat membebaskan manusia dari penghukuman selain dari penebusan oleh darah Kristus (1 Petrus 1:18; 19). Kita yang sudah menerima penebusan oleh darah Kristus, sudah dibebaskan dari penghukuman maut (Roma 8:1) dan sudah berpindah dari maut kepada hidup (Yohanes 5:24). Hal itu terjadi sekali untuk selama-lamanya sebagaimana diajarkan Alkitab (Ibrani 10:10-14).


PENUTUP, KRISTUS DAN KEMATIAN.

Kristus Yesus datang ke dalam dunia ini dilahirkan sebagai seorang manusia (Filipi 2:1-11). Sebagai manusia Ia mengalami kematian, karena kematian sudah menjadi bagian dari hidup manusia sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Manusia diciptakan Allah untuk hidup tetapi dosa merusak hidup ini. Kematian adalah merupakan akibat daripada dosa (Roma 6:23a).

Kristus sebagai manusia mengalami kematian ini, tetapi harus diingat bahwa Kristus mengalami kematian bukanlah karena Ia berdosa. Tidak, Kristus mati bukan karena Ia berdosa, tetapi kematian-Nya adalah untuk menebus dan mengangkut dosa umat manusia (Yohanes 1:29, 36; 1 Korintus 15:3; 1 Timotius 2:6; 1 Petrus 1:18). Ia mati untuk menggantikan dan menyelamatkan kita orang berdosa (Ibrani 2:9-10; Titus 2:13-14). Ia mati untuk mendamaikan manusia dengan Allah dan antara manusia dengan manusia itu sendiri dan antara manusia dengan alam ciptaan-Nya (Kolose 1:22; Roma 3:25; Efesus 2:13-17). Kematian Kristus adalah untuk menanggung maut umat manusia dan membenarkan manusia di hadapan Allah (Roma 6:23b; Yohanes 3:36; 5:24; 1 Petrus 3:18; 2 Korintus 5:21). Kematian Kristus adalah untuk melucuti kekuasaan Setan dan mengalahkan maut (Yohanes 12:31; Kolose 1:13; 2:15; 1 Korintus 15:25-28; 15:55-57).

Kematian sudah dikalahkan. Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi merupakan bagian dari hidup ini. Kematian merupakan perpisahan antara tubuh dengan jiwa dan roh. Kematian merupakan peralihan dari kehidupan yang fana kepada kehidupan yang kekal. Ibrani 10:27 membuktikan bahwa kematian bukanlah akhir kehidupan, tetapi di balik kematian masih ada kehidupan yang lain. Juga kisah tentang orang kaya dan Lazarus yang diceritakan oleh penulis Lukas (Lukas 16:19-31) menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir daripada kehidupan ini. Kristus telah mengalahkan maut untuk kita.

Senin, 11 Juni 2012

Apakah Yang Ada Didalam Lubuk Hati Seorang Ayah?

Sosok dia yg terkadang kita lupakan, penuh kasih sayang dan pengorbanan untuk kita. Dia memiliki hati yang lembut tapi selalu terlihat sangat kuat didepan kita. Dia adalah "AYAH"
Kadang dalam sebuah keluarga, kita sebagai anak selalu lebih dekat dengan ibu bahkan kakak atau adik,dibanding ayah. Taukah sbnar’y gimana ayah kita dibalik sikap tegas'y?
Saat kita main sampai larut, ayahlah yg mnyuruh ibu mnelpon kita.
Saat kita mnangis, ayahlah yg mnyuruh ibu brtanya kenapa pd kita.
Saat kita ulang tahun, ayahlah org yg mati2an bkerja untuk membeli hadiah atau bahkan hanya sebuah kue kecil.
Saat kita sakit, ayahlah orang yg rela brusaha mncari dokter walau hujan atau apapun.
Saat kita lupa ibadah, ayahlah org yg selalu mngingatkan kita.
Saat kita terluka, ayahlah org yg mampu mngendong kita.
Saat kita tumbuh dewasa, ayahlah yg selalu menyelipkan nama kita dalam doa’y.
Saat kita menikah kelak, ayahlah org yg paling tak rela khilangan kita.

Tapi mngapa ayah selalu terlihat cuek? karna ayah tidak ingin terlihat lemah oleh anak’y, ayah menangis saat mnyendiri dan terlihat kuat saat bersama anak’y. Dan ayah hanya mengeluh kepada Tuhan.
Andai Tuhan bicara dengan ayah kita, “anakmu akan Ku panggil”, mungkin ayah akan mnjawab “tukarlah nyawaku dengan nyawanya, aku ikhlas”.
Kadang kita mnghargai ayah hanya karna rasa takut, kadang kita lebih mudah cerita masalah ke ibu dbandingkan ayah. Sesungguh'y dibalik keras kepala ayah, tersimpan hati yg sangat lembut. Selagi ada kesempatan, banggakanlah dia, teruslah buat dia tersenyum. Peluklah ayahmu karna ayah tak mampu ngalahkan ego’y. Hargai, hormati, dan cintailah ayahmu melebihi cinta pada diri kita sendiri.

Rabu, 08 Februari 2012

JANGAN TUNGGU ESOK HARI UNTUK MENGATAKAN KEPADANYA

Jangan Tunggu Hari Esok

Segalanya berawal ketika saya masih berumur 6 tahun. Ketika saya sedang bermain di halaman rumah saya di California, saya bertemu seorang anak laki-laki. Dia seperti anak laki-laki lainnya yang menggoda saya dan kemudian saya mengejarnya dan memukulnya.
Setelah pertemuan pertama dimana saya memukulnya, kami selalu bertemu dan saling memukul satu sama lain di batas pagar itu. Tapi itu tidaklah lama. Kami selalu bertemu di pagar itu dan kami selalu bersama. Saya menceritakan semua rahasia saya.
Dia sangat pendiam, dia hanya mendengarkan apa yang saya katakan. Saya menganggap dia enak diajak bicara dan saya dapat berbicara kepadanya tentang apa saja. Di sekolah, kami memiliki teman-teman yang berbeda tapi ketika kami pulang kerumah, kami selalu berbicara tentang apa yang terjadi di sekolah.
Suatu hari,saya bercerita kepadanya tentang anak laki-laki yang saya sukai tetapi telah menyakiti hati saya. Dia menghibur saya dan mengatakan segalanya akan beres. Dia memberikan kata-kata yang mendukung dan membantu saya untuk melupakannya. Saya sangat bahagia dan menganggapnya sebagai teman sejati. Tetapi saya tahu bahwa sesungguhnya ada yang lainnya dari dirinya yang saya suka. Saya memikirkannya malam itu dan memutuskan kalau itu adalah rasa persahabatan.
Selama SMA dan semasa kelulusan, kami selalu bersama dan tentu saja saya berpikir bahwa ini adalah persahabatan. Tetapi jauh di lubuk hati, saya tahu bahwa ada sesuatu yang lain.
Pada malam kelulusan, meskipun kami memiliki pasangan sendiri-sendiri, sesungguhnya saya menginginkan bahwa sayalah yang menjadi pasangannya. Malam itu, setelah semua orang pulang, saya pergi ke rumahnya untuk mengatakannya. Malam itu adalah kesempatan terbesar yang saya miliki tapi saya hanya duduk di sana dan memandangi bintang bersamanya dan bercakap-cakap tentang cita-cita kami. Saya melihat ke matanya dan mendengarkan ia bercerita tentang impiannya. Bagaimana dia ingin menikah dan sebagainya. Dia bercerita bagaimana dia ingin menjadi orang kaya dan sukses. Yang dapat saya lakukan hanya menceritakan impian saya dan duduk dekat dengan dia.
Saya pulang ke rumah dengan terluka karena saya tidak mengatakan perasaan saya yang sebenarnya. Saya sangat ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintainya tapi saya takut. Saya membiarkan perasaan itu pergi dan berkata kepada diri saya sendiri bahwa suatu hari saya akan mengatakan kepadanya mengenai perasaan saya.
Selama di universitas, saya ingin mengatakan kepadanya tetapi dia selalu bersama-sama dengan seseorang. Setelah lulus, dia mendapatkan pekerjaan di New York. Saya sangat gembira untuknya, tapi pada saat yang sama saya sangat bersedih menyaksikan kepergiannya. Saya sedih karena saya menyadari ia pergi untuk pekerjaan besarnya. Jadi saya menyimpan perasaan saya untuk diri saya sendiri dan melihatnya pergi dengan pesawat. Saya menangis ketika saya memeluknya karena saya merasa seperti ini adalah saat terakhir. Saya pulang ke rumah malam itu dan menangis. Saya merasa terluka karena saya tidak mengatakan apa yang ada di hati saya.
Saya memperoleh pekerjaan sebagai sekretaris dan akhirnya menjadi seorang analis komputer. Saya sangat bangga dengan prestasi saya. Suatu hari saya menerima undangan pernikahan. Undangan itu darinya. Saya bahagia dan sedih pada saat yang bersamaan. Sekarang saya tahu kalau saya tak akan pernah bersamanya dan kami hanya bisa menjadi teman. Saya pergi ke pesta pernikahan itu bulan berikutnya. Itu adalah sebuah peristiwa besar.
Saya bertemu dengan pengantin wanita dan tentu saja juga dengannya. Sekali lagi saya merasa jatuh cinta. Tapi saya bertahan agar tidak mengacaukan apa yang seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi mereka. Saya mencoba bersenang-senang malam itu, tapi sangat menyakitkan hati melihat dia begitu bahagia dan saya mencoba untuk bahagia menutupi air mata kesedihan yang ada di hati saya.
Saya meninggalkan New York merasa bahwa saya telah melakukan hal yang tepat. Sebelum saya berangkat, tiba-tiba dia muncul dan mengucapkan salam perpisahan dan mengatakan betapa ia sangat bahagia bertemu dengan saya. Saya pulang ke rumah dan mencoba melupakan semua yang terjadi di New York. Kehidupan saya harus terus berjalan.
Tahun-tahun berlalu, kami saling menulis surat dan bercerita mengenai segala hal yang terjadi dan bagaimana dia merindukan untuk berbicara dengan saya. Pada suatu ketika, dia tak pernah lagi membalas surat saya. Saya sangat kuatir mengapa dia tidak membalas surat saya meskipun saya telah menulis 6 surat kepadanya. Ketika semuanya seolah tiada harapan, tiba-tiba saya menerima sebuah catatan kecil yang mengatakan, “Temui saya di pagar dimana kita biasa bercakap-cakap”
Saya pergi ke sana dan melihatnya di sana. Saya sangat bahagia melihatnya tetapi dia sedang patah hati dan bersedih. Kami berpelukan sampai kami kesulitan untuk bernafas. Kemudian ia menceritakan kepada saya tentang perceraian dan mengapa dia tidak pernah menulis surat kepada saya. Dia menangis sampai dia tak dapat menangis lagi. Akhirnya kami kembali ke rumah dan bercerita dan tertawa tentang apa yang telah saya lakukan mengisi waktu. Akan tetapi, saya tetap tidak dapat mengatakan kepadanya bagaimana perasaan saya yang sesungguhnya kepadanya.
Hari-hari berikutnya, dia gembira dan melupakan semua masalah dan perceraiannya. Saya jatuh cinta lagi kepadanya. Ketika tiba saatnya dia kembali ke New York, saya menemuinya dan menangis. Saya benci melihatnya harus pergi. Dia berjanji untuk menemui saya setiap kali dia mendapat libur. Saya tak dapat menunggu saat dia datang sehingga saya dapat bersamanya. Kami selalu bergembira ketika sedang bersama.
Suatu hari dia tidak muncul sebagaimana yang telah dijanjikan. Saya berpikir bahwa mungkin dia sibuk. Hari berganti bulan dan saya melupakannya. Suatu hari saya mendapat sebuah telepon dari New York. Pengacara mengatakan bahwa ia telah meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dalam perjalanan ke airport. Hati saya patah. Saya sangat terkejut akan kejadian ini. Sekarang saya tahu, mengapa ia tidak muncul hari itu. Saya menangis semalaman. Air mata kesedihan dan kepedihan. Bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi terhadap seseorang yang begitu baik seperti dia?
Saya mengumpulkan barang-barang saya dan pergi ke New York untuk pembacaan
surat wasiatnya. Tentu saja semuanya diberikan kepada keluarganya dan mantan istrinya. Akhirnya saya dapat bertemu dengan mantan istrinya lagi setelah terakhir kali saya bertemu pada pesta pernikahan. Dia menceritakan bagaimana mantan suaminya. Tapi suaminya selalu tampak tidak bahagia.
Apapun yang dia kerjakan tidak bisa membuat suaminya bahagia seperti saat pesta pernikahan mereka. Ketika surat wasiat dibacakan, satu-satunya yang diberikan kepada saya adalah sebuah diary. Itu adalah diary kehidupannya. Saya menangis karena itu diberikan kepada saya. Saya tak dapat berpikir, mengapa ini diberikan kepada saya?
Saya mengambilnya dan terbang kembali ke California. Ketika saya di pesawat, saya teringat saat-saat indah yang kami miliki bersama. Saya mulai membaca diary itu. Diary dimulai ketika hari pertama kami berjumpa. Saya terus membaca sampai saya mulai menangis. Diary itu bercerita bahwa dia jatuh cinta kepada saya di hari ketika saya patah hati. Tapi dia takut untuk mengatakannya kepada saya.
Itulah sebabnya mengapa dia begitu diam dan mendengarkan segala perkataan saya. Diary itu menceritakan bagaimana dia ingin mengatakannya kepada saya berkali-kali, tetapi takut. Diary itu bercerita ketika dia ke New York dan jatuh cinta dengan yang lain. Bagaimana dia begitu bahagia ketika bertemu dan berdansa dengan saya di hari pernikahannya. Dia berkata bahwa ia membayangkan bahwa itu adalah pernikahan kami.
Bagaimana dia selalu tidak bahagia sampai akhirnya harus menceraikan istrinya. Saat-saat terindah dalam kehidupannya adalah ketika membaca huruf demi huruf yang saya tulis kepadanya. Akhirnya diary itu berakhir dengan tulisan, “Hari ini saya akan mengatakan kepadanya kalau saya mencintainya”
Itu adalah hari dimana dia terbunuh. Hari dimana pada akhirnya saya akan mengetahui apa yang sesungguhnya ada dalam hatinya.
Jika engkau mencintai seseorang, “JANGAN TUNGGU ESOK HARI UNTUK MENGATAKAN KEPADANYA” karena esok hari itu mungkin takkan pernah ada..